MATARAM–Sekitar 500 orang warga melakukan penyerangan secara spontan
terhadap sebuah permukiman di Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa,
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) karena dipicu isu bernuansa suku,
agama, ras dan antargolongan (SARA), Selasa (22/1/2013), sekitar pukul
13.00 Wita.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, dalam aksi
penyerangan itu, sejumlah tempat ibadah dirusak massa yang termakan isu.
Rumah dan toko pun di beberapa lokasi menjadi sasaran amukan warga,
hingga beberapa rumah dibakar massa, dan sejumlah kendaraan juga
dirusak.
Aksi penyerangan itu, bermula dari unjuk rasa yang dilakukan sekitar
200 orang di jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa,
Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.00 Wita.
Pengunjuk rasa didominasi oleh sanak keluarga dari Arniati, wanita
yang dinyatakan tewas pada Minggu (20/1) dini hari, yang dilaporkan
akibat kecelakaan lalu lintas, namun sanak keluarganya meragukan
penyebab kematiannya, karena ditubuh korban ditemukan tanda-tanda
kekerasan.
Sebelum dinyatakan tewas, Arniati bersama pacarnya yang anggota
polisi Brigadir I Gede Eka Suarjana, keluar bermalam Minggu, menggunakan
sepeda motor dengan cara berboncengan.
Sanak keluarga Arniati mencurigai wanita muda itu dibunuh, bukan
kecelakaan lalu lintas, dan kecurigaan itu berkembang menjadi amarah
ketika semakin banyak isu yang beredar, antara lain isu yang menyebutkan
hasil visum ditemukan tanda-tanda kekerasan, yang dikait-kaitkan dengan
kekerasan pada alat kelamin.
Sanak keluarga korban yang mendapat simpati dari warga lainnya,
semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian kematian
Arniati murni kecelakaan lalu lintas.
Karena itu, pada Selasa (22/1) sanak keluarga korban dan warga
lainnya yang jumlahnya lebih dari 200 orang menggelar unjuk rasa,
sekaligus sebagai aksi protes terhadap pernyataan polisi yang menyatakan
penyebab kematian tersebut murni kecelakaan lalu lintas.
Unjuk rasa itu berkembang menjadi aksi anarkis, sehingga hendak
menyasar tempat ibadah tertentu, namun dihalau oleh aparat kepolisian
yang dibantu satuan TNI.
Sempat terjadi ketegangan hingga massa pengunjuk rasa nyaris bentrok
dengan aparat keamanan, ketika polisi hendak menangkap seorang pengunjuk
rasa yang dikenal dengan nama Slank yang diduga sebagai provokator aksi
anarkis.
Massa aksi sempat melempari batu dan benda keras lainnya ke arah
tempat ibadah tersebut, hingga massa aksi yang jumlahnya terus bertambah
hingga mencapai lebih dari 500 orang, melakukan pengrusakan dua tempat
ibadah, serta merobohkan pintu gerbang.
Massa aksi kemudian bergerak ke lokasi lain, dan sekitar pukul 16.00
Wita, massa aksi melakukan pengrusakan terhadap toko UD Dinasty milik
Wayan Rantak, hingga mencuat aksi pejarahan barang dagangan. Rumah warga
tertentu lainnya dilaporkan dirusak dan dibakar.
Hingga berita ini disiarkan, ketegangan masih terjadi, dan kelompok
masyarakat masih terus berada di jalan umum, seolah-olah mencari
komunitas tertentu.
Namun, aparat kepolisian yang dibantu satuan TNI dilaporkan tengah
berupaya mengamankan situasi, dan berupaya meredam isu-isu pemicu amarah
warga.
Kendati demikian, tidak satu pejabat kepolisian yang bersedia
dikonfirmasi. Kapolda NTB Brigjen Polisi Muchamad Iriawan, yang
dihubungi via telepon selular tidak menjawab.
Kepala Bidang Humas Polda NTB AKBP Sukarman Husein pun tidak menjawab
panggilan telepon, dan tidak membalas konfirmasi via pesan singkat
(SMS).
Demikian pula Kapolres Sumbawa AKBP Muh Suryo Saputro, yang tidak
bisa dihubungi karena telepon selularnya tidak aktif.(Antara/sms)
DI KUTIP DARI (bali-bisnis.com/index.php/bentrok-sumbawa-dipicu-isu-sara-500-an-warga-lakukan-penyerangan/)

No comments:
Post a Comment